Kamis, 04 Desember 2014

Keranjingan Selfie, Bedah Hidung dan Angkat Kelopak Mata Jadi Tren (Reposted by: Khoirumansyah Batubara ig: @rumanbara)

Keranjingan Selfie, Bedah Hidung dan Angkat Kelopak Mata Jadi Tren

 

New York, Selfie atau foto diri sendiri seperti sudah menjadi hal yang wajib dilakukan untuk orang-orang yang peduli pada penampilan dan eksistensinya. Apalagi bila ia juga aktif di media sosial.

Meskipun hasil foto selfie dapat dimanipulasi dengan aplikasi tertentu agar terlihat menarik, sebagian orang tampaknya tak mau tanggung-tanggung untuk urusan penampilan. Seperti halnya yang sedang marak dilakukan di Amerika ini.

Berdasarkan hasil polling yang dilakukan American Academy of Facial Plastic and Reconstructive Surgery (AAFPRS) terhadap 2.700 anggotanya, diketahui bahwa 1 dari 3 anggota AAFPRS mengaku mendapatkan peningkatan permintaan untuk pasien-pasien yang aware dengan imej mereka di media sosial.

Prosedur bedah yang diminta antara lain eyelid surgery atau mengurangi kelebihan kulit di kelopak mata hingga rhinoplasty atau lebih populer dikenal dengan 'nose job'.

Peningkatan ini dimulai sejak tahun 2013. AAFPRS mencatat 'bedah hidung' mengalami peningkatan sebesar 10 persen dalam kurun 2012-2013. Begitu juga dengan cangkok rambut yang melonjak sebanyak tujuh persen. Sedangkan prosedur pengangkatan kelopak mata naik sebanyak enam persen.

"Namun dalam kurun 2,5 tahun belakangan, kami mencatat peningkatannya mencapai 25 persen. Ini sangat signifikan," ungkap Dr Sam Rizk, salah satu dokter bedah plastik yang berpraktik di Manhattan seperti dikutip dari NY Daily News, Selasa (2/12/2014).

Dr Rizk bahkan mengungkap sebagian besar kliennya datang dengan memperlihatkan iPhone dan hasil jepretan selfie mereka. Rata-rata dari mereka ingin menunjukkan betapa kecewanya mereka dengan foto tersebut.
Beruntung Dr Rizk tidak mau asal menuruti permintaan pasiennya. "Padahal tak semua orang yang meminta bedah itu sebenarnya butuh. Saya kira budaya selfie ini menghasilkan imej yang salah, orang-orang ingin menunjukkan sesuatu yang bukan dirinya," keluhnya.

Ia mengaku sering menolak pasien hanya karena mereka ingin terlihat menarik saat selfie. Pasien-pasien tersebut tentu marah ketika Dr Rizk mengatakan mereka tak butuh operasi dan beralih ke dokter lain yang mau melakukannya.

"Terlalu banyak selfie justru mengindikasikan adanya obsesi terhadap diri sendiri, dan rasa insecure. Ini tidaklah sehat dan bila selfie ini sudah mengakar, obsesi dan insecure tadi justru akan makin memburuk," paparnya.

Sependapat dengan Dr Rizk, seorang make up artist asal New York, Ramy Gafni menyarankan agar orang-orang yang gemar selfie lebih baik tidak melakukan bedah plastik. "Gunakan saja make up yang bersih, rapikan alis, dan tambahkan sedikit warna di bibir Anda. Ini akan menghasilkan selfie terbaik," katanya.

Menurutnya, orang yang gemar selfie hanya perlu meningkatkan fitur di wajahnya, bukannya mengubah fitur wajahnya menjadi sesuatu yang bukan dirinya. "Kan ada juga aplikasi di ponsel yang bisa memuluskan wajah atau jerawat. Ini juga lebih ekonomis," tutupnya. (
Rahma Lillahi Sativa - detikHealth)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar